WHAT'S NEW?
Loading...
Selamat Datang di Blog Inspirasi dari Ippho Santosa
Wiro Sableng #16 : Hancurnya Istana Darah Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1WIRO SABLENG

Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212

Karya: Bastian Tito

DEBUR OMBAK memecah di pantai dan memukul lamping batu-batu karang terdengar abadi di udara pagi yang segar cerah. Kira-kira lima ratus tombak dari pantai tampaklah berdiri sebuah bangunan besar dikelilingi tembok tinggi sepuluh tombak. Baik-bangunan maupun temboknya seluruhnya berwarna merah.

Di daerah pantai seperti itu biasanya hampir tak pernah ditumbuhi pohon-pohon lain selain pohon kelapa. Namun adalah satu kenyataan aneh karena di Iuar tembok yang mengelilingi bangunan besar tadi tumbuh berkeliling dua puluh satu pohon beringir raksasa. Bila angin bertiup dari laut, daun-daun pohon beringin bergemerisik keras, akarakar gantungnya bergoyang-goyang deras. Semua ini menimbulkan suasana yang menyeramkan. Di samping itu, setiap angin bertiup maka menebarlah bau busuk dan anyir dari jurusan bangunan berwarna merah itu.

Bila seseorang mendekati tembok dan bangunan di tepi pantai sunyi itu, pastilah dia akan terkejut dan berdiri bulu tengkuknya. Akan goyah lututnya lalu akan lekas-lekas mengambil langkah seribu. Betapakan tidak! Warna merah pada atap, tembok dan setiap sudut bangunan besar bukanlah warna cat atau kapur, tetapi darah! Lapisan darah inilah yang menjadi sumber bau busuk dan amis menjijikkan serta mengerikan, menebar di sekitar situ sampai puluhan bahkan ratusan tombak jauhnya!
... baca selengkapnya di Wiro Sableng #16 : Hancurnya Istana Darah Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Belajar dari Sejarah dan Pengalaman Pahit Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

A lesson is repeated until learned. – Pembelajaran akan terus berlangsung sampai kita dapat memetik hikmahnya.” Anonym

Setiap saat dan setiap kejadian sarat dengan pelajaran hidup. Beberapa diantara kita mungkin sudah cukup memahami pelajaran hidup itu sejak awal dan menjadikannya pedoman untuk melangkah lebih baik, sementara yang lain masih mengabaikannya. Kepandaian kita mencari hikmah diantara proses kehidupan yang sulit atau senang tentu akan membawa kita pada tingkat kualitas personal dan kehidupan yang lebih baik pula.

Contohnya kota Kobe di Jepang yang kini telah menjelma menjadi kota modern dan maju, dilengkapi oleh gedung-gedung yang kokoh. Keadaan tersebut tak lepas dari gempa dahsyat yang pernah melanda kota tersebut, yaitu Great Kanto Earthquake (tahun 1923) dan dan gempa bumi berkekuatan 7,5 scala richter yang terjadi pada tanggal 17 Januari 1995. Sejarah kota Kobe tidaklah manis, karena kedua gempa itu masing-masing menelan 143 ribu korban jiwa dan 6.434 korban jiwa.

Saat berkunjung ke kota Kobe Earthquake Museum bersama puluhan orang mitra bisnis KK Indonesia pada bulan Maret lalu, kami mendengar tak kurang dari 300 ribu orang kehilangan tempat tinggal, 200 ribu gedung hancur, dan 120 dermaga di Kobe musnah. Diceritakan pula bahwa kota Kobe dilanda kebakaran hebat selama 24-48 jam setelah diguncang gempa. Jumlah kerugian diperkiraka
... baca selengkapnya di Belajar dari Sejarah dan Pengalaman Pahit Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu

Pengabdianku Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Aku adalah seorang guru. Keseharianku mengajar di sekolah-sekolah, salah satunya SMP Dirgantara, Jakarta. Untuk menjadi guru memang sulit. Namun itu tidak mematahkan semangatku untuk mengajar anak bangsa. Membuat mereka pintar dan bisa memimpin bangsa merupakan salah satu tujuan dan impianku. Menurutku bangsa Indonesia masih perlu beberapa pembenahan untuk warganya. Sekarang waktuku untuk membuat anak bangsa lebih berkualitas lagi.

Suatu hari aku mengajar seperti biasa. Tiba-tiba bapak Kepala Sekolah mengumpulkan semua dewan guru untuk rapat. Sambil menyusuri jalan setapak menuju ruang rapat, aku berpikir apa yang akan dirapatkan pada siang ini. Ku taburkan senyum kepada beberapa dewan guru yang sudah siap di meja masing-masing. Tak lama bapak kepala sekolah pun datang.
“Selamat siang dewan guru. Hari ini kita akan membahas berita yang mendadak”, ucap bapak Kepala Sekolah dengan sedikit keraguan.
“Apa itu berhubungan dengan sekolah kita, pak?”, balasku dengan perkataan yang berhati-hati.
“Tidak, Bu Marni. Tapi ini tentang sebuah tawaran kepada dewan guru disini. Jadi… ada sebuah daerah yang membutuhkan guru. Dan daerah itu sangat terpencil yaitu di perbatasan Kalimantan. Orangnya juga masih kurang pengetahuan. Saya rasa pemerintah ingin mereka berpengetahuan sama seperti masyarakat yang lain. Maka dari itu pemerintah memi
... baca selengkapnya di Pengabdianku Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu

May Day (Perjuangan Tanpa Akhir) Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Pagi yang cerah, puluhan sepeda motor berjejer, berbaris rapi di depan PT MCS, sebuah pabrik perakitan komputer yang konon terbesar di jawa timur, puluhan satpam pabrik berkumpul, berbaur dengan para buruh, namun tidak ada permusuhan atau suasana tegang, semua tampak kompak, ceria dan semangat. “Siap bos, bendera wis siap juga”, tukas nyong, salah satu buruh pabrik tersebut’. Sebuah bendera besar warna biru dengan huruf kapital besar warna putih bertuliskan “Serikat Pekerja Seluruh Indonesia”, selaras dengan kaos warna putih dengan tulisan yang sama, yang dikenakan oleh seluruh buruh yang berkumpul di depan pabrik tersebut, “Ok, sudah siap semua rek? bendera ne’ di pegang Nyong sama Selamet, sing kenceng rek kalo pegang bendera”, perintah cak Wakid, salah satu supervisor di pabrik yang terkenal cukup vokal, dia juga sering di percaya oleh para buruh untuk memimpin demo dan merupakan ketua serikat buruh di pabrik MCS. “Mayday.. mayday”, “Hidup buruh.. hidup buruh”, teriak para buruh tersebut dengan lantang dan penuh semangat, “Ayo rek, berangkat”, Ucap cak Wakid dengan lantang dan penuh semangat, memberi komando kepada sekitar lima puluhan buruh pabrik, hari ini tanggal 5 mei mereka berangkat untuk bergabung dengan ribuan buruh lain untuk mewakili jutaan rekan-rekan buruh lainnya, menyuarakan semua aspirasi, mengajukan tuntutan memperjuangkan nasib mereka, juga nasib jutaan buruh
... baca selengkapnya di May Day (Perjuangan Tanpa Akhir) Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu

Sekarang lagi demam foto-foto. Mulai foto bareng, foto sendiri, sampai fotokopi, hehehe. Bolehkah? Yah, boleh-boleh saja, tapi bukan itu yang utama. Sekali lagi, bukan itu yang utama. Sekitar 10 tahun yang lalu, ketika pertama kali bertemu Ary Ginanjar, Aa Gym, Hermawan Kartajaya, Handi Irawan, Andrie Wongso, dan Opick, saya nggak minta foto bareng.

Padahal saya ini pengagum mereka. Dan keadaan sangat memungkinkan. Wong, saat itu saya yang menemani mereka. Demikian pula ketika pertama kali bertemu Sandiaga Uno. Di pertemuan-pertemuan kemudian, barulah kemudian kami foto bareng. Termasuk baru-baru ini, sewaktu saya bertemu Imam Sudais dan Syeikh Hisyam, saya merasa malu untuk minta foto sama mereka. Menurut saya, kalau bertemu guru, baiknya minta doa saja.



Bahkan sampai sekarang, saya tidak punya foto bareng Billi Lim dan Roger Konopasek, meskipun kami pernah bertemu. Belakangan ini Ustadz Yusuf Mansur juga sering mengajak jamaahnya untuk tidak minta foto bareng. Maksudnya, lihat-lihat forumnya juga.

Kalaupun saya bertemu beberapa guru dan mereka menolak untuk foto bareng, yah saya berbaiksangka saja. Itu kan guru saya. Pasti mereka punya alasan yang kuat untuk memutuskan itu. Mungkin itu cara mereka agar saya fokus pada ilmunya, bukan orangnya. Atau cara mereka agar saya tidak mengidolakan dan mengkultuskan seseorang.

Di seminar-seminar saya, yang biasanya peserta sampai ratusan bahkan seribuan, kadang saya juga meniadakan sesi foto bareng. Semata-mata karena alasan praktis saja. Pernah sesekali saya adakan, ternyata satu jam pun nggak kelar-kelar. Sementara flight saya sekitar 90 menit lagi dan jadwal lain tengah menunggu.

Padahal kalau ngomong branding, foto bareng itu bagus sekali buat saya. Karena mereka pasti akan meng-upload-nya di social media dan itu akan menjadi promosi gratis bagi saya. Right? FYI, beberapa karyawan dan mantan karyawan saya mengaku ngefans sama saya, tapi sudah setahun kerja mereka tidak pernah minta saya untuk foto bareng.

Saya pribadi, kalau bertemu dengan seseorang yang saya anggap guru, biasanya saya minta doa. Sekiranya masih ada waktu dan beliau sudah klik dengan saya, barulah saya minta ilmu. Sekiranya masih ada waktu juga, barulah saya minta foto. Itulah sikap saya sebagai murid. Semoga bermanfaat.



Kali ini, kita simak pengakuan tiga tokoh hebat di negeri ini. Puluhan juta orang menjadikan mereka sebagai sumber inspirasi.

Tokoh hebat yang pertama mengaku, "Bayangkan, 40 tahun lalu ada seorang ibu yang berpikir anaknya harus kuliah. Padahal dia sendiri lulusan SMP dan nggak ngerti Bahasa Inggris. Ibu bilang, makan sederhana nggak masalah, yang penting harus sekolah. Ibu saya pernah diam-diam menjual batik halus kesayangannya demi membiayai kuliah saya. Begitu tahu, saya pun berjanji dalam hati untuk tidak lagi membebani orangtua dengan belajar sungguh-sungguh dan berusaha mencari penghasilan sendiri." Dia menilai pengorbanan ibunya luar biasa. Di lingkungan tempat tinggalnya hanya keluarganyalah yang berhasil memutus mata rantai kemiskinan. Dan ini tak terlepas dari faktor pendidikan yang ditekankan oleh ibunya. Baginya, ibu adalah kunci sukses.

Di kesempatan lain, ibunya ingin pergi berhaji, di mana saat itu ia sudah menjadi pengusaha dan lumayan sibuk. Membiayai ibu berhaji bukanlah perkara sulit baginya. Namun, siapa yang akan menemani ibu berhaji? Sebenarnya bisa saja ia meminta orang kepercayaan atau saudara untuk menemani ibu, namun akhirnya ia lebih mengikuti suara hatinya untuk menemani ibu. Hasilnya, selama di Makkah dia memetik berbagai hikmah dan pengalaman yang membuat cintanya kepada ibu semakin besar. Maka dia pun menyimpulkan, menemani ibu berhaji adalah keputusan yang tepat bahkan merupakan amanah.

Pengakuan tokoh hebat yang kedua, “Saat itu, ibu tahu saya tidak punya uang. Maka pagi-pagi sekali ia diam-diam menyisipkan amplop berisi uang ke dalam tas saya. Walaupun saya tidak meminta, orangtua saya tahu anaknya tidak punya uang. Dan itulah yang menjadi motivasi utama saya untuk menjadi pengusaha. Agar saya lekas mandiri, tidak menumpang di rumah orangtua, dan bisa membeli susu buat anak-anak saya.” Di kesempatan lain ia mengungkapkan, “Salah satu kunci keberhasilan pengusaha adalah bagaimana mengelola keluarga, tidak hanya mengelola usaha. Jangan pernah melupakan ibu dan keluarga. Bagi saya, ibu merupakan tokoh sentral dalam kehidupan saya, di mana saya belajar disiplin dan kerja keras. Dan tanpa doa ibu, mustahil perusahaan kami bisa tumbuh hingga 15 tahun.”

Pengakuan tokoh hebat yang ketiga, “Ibuku adalah guru abadiku. Setiap bertemu, ia selalu menyapaku dengan dua kalimat. Sudah makan? Sudah sholat? Doanya adalah benteng batin yang selalu melindungiku. Pangkuannya adalah tempat curahan hatiku. Wajahnya yang teduh selalu menyemangatiku. Doa-doa malamnya ternyata mengantarkanku ke tempat-tempat dan mimpi-mimpi yang dahulu aku anggap tak mungkin.”

Ketiga tokoh hebat itu adalah Chairul Tanjung, Sandiaga Uno, dan Ridwan Kamil. Bagaikan dikomando, mereka bertiga serentak mematuhi perintah Nabi Muhammad 14 abad yang lalu, “Ibumu, ibumu, ibumu.” Ternyata, ketiga tokoh hebat tersebut mengakui peranan tokoh lain yang jauh lebih hebat. Siapakah itu? Yah, siapa lagi kalau bukan sang ibu.


Terakhir izinkan juga saya memperkenalkan om saya, Tono Suratman. Sempat menjadi mayjen yang dihormati di Indonesia dan menjadi legend yang disegani di ‪Kopassus, kemudian ia dipercaya untuk memimpin ‪KONI. Saya memanggilnya om, karena memang om saya. Ia juara anggar dan menembak. Orangnya santun. Menariknya, ia sangat hormat dan taat sama ibunya. Di dompetnya tersimpan foto ibunya, sebagai pengingat (Walaupun beda keyakinan sama saya, namun ia sangat toleran. Ketika ‪lebaran, ia selalu ngumpul bareng keluarga besar yang muslim.)

Ujung-ujungnya saya pun menyimpulkan, mereka yang hormat dan taat sama ibunya, akan dikaruniai kemudahan-kemudahan yang menakjubkan. Sayangnya, dalam keseharian kita sering lalai dan abai. Padahal, saat kita beroleh kemudahan demi kemudahan, bukan mustahil itu karena Yang Maha Kuasa telah mengabulkan doa orangtua kita. Semoga kita semua dimampukan untuk berbakti kepada orangtua kita. Aamiin. Doakan saya, doakan juga para pembaca blog ini.

Ditulis oleh Ippho Santosa.



Jauh-jauh hari Imam Syafii telah berseru untuk hijrah, “Pergilah dari rumahmu demi lima faedah, yaitu menghilangkan kejenuhan, mencari bekal hidup, mencari ilmu, mencari teman, dan belajar tatakrama.” Bukan sekedar menganjurkan, Imam Syafii juga melakukan. Terlahir di Palestina, kemudian ia hijrah ke Madinah, Irak, dan Mesir.” Alhamdulillah, saya dan keluarga pernah menziarahi makamnya di Mesir.

Menyikapi hijrah dan menjelajah, Imam Syafii pernah menuliskan seuntai perumpamaan yang indah, “Air akan bening dan layak minum, jika ia mengalir. Singa akan beroleh mangsa, jika ia meninggalkan sarangnya. Anak panah akan beroleh sasaran, jika ia meninggalkan busurnya. Nah, manusia akan beroleh derajat mulia, jika ia meninggalkan tempat aslinya dan mendapatkan tempat barunya. Bagaikan emas yang terangkat dari tempat asalnya.”
  
Ingatlah, rezeki itu perlu dijemput. 
- Kadang rezeki orang di negeri kita. 
- Kadang rezeki kita di negeri orang.

Lagi pula, hijrah dan menjelajah telah dilakukan oleh nabi-nabi terdahulu. Boleh dibilang, hampir semua nabi, temasuk Adam, Nuh, Ibrahim, Ismail, Yakub, dan Musa. Nabi Muhammad sendiri, sebelum hijrah ke Madinah, pernah hijrah ke Taif namun tertolak oleh penduduk Taif. Abdurrahman bin Auf pernah hijrah ke Afrika dan Taif. Saad bin Abi Waqqash kemudian hijrah ke China. Adapun Isa lahir di Bethlehem,Palestina. Ketika kecil, Isa bersama ibunya pernah hijrah ke Mesir.

Sedemikian pentingnya hijrah, sampai-sampai para sahabat menjadikan peristiwa hijrah sebagai tonggak kalender, bukan Isra’ Mi’raj, Maulid Nabi, Nuzul Al-Qur’an, atau peristiwa bersejarah lainnya. Ayo hijrah! Ayo merantau!

Dilahirkan di Pekanbaru, kemudian Ippho Santosa merantau keBatam, Jogjakarta, dan Malaysia. Kini ia bersama istrinya (orang Kalimantan) dan ibunya menetap di Jakarta.


Most Trending